Langsung ke konten utama

Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah - Rumah Senja | Tuhfatul Athal


 

Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah

 

Sama halnya seperti bumi yang lengkap dengan berbagai fenomena dari produk alam yang saling berinteraksi. Seperti halnya angin badai yang disebabkan oleh suhu permukaan air laut yang terlalu tinggi. Demikian pula dengan matahari, sumber utama penghasil cahaya di sistem tata surya ini juga memiliki berbagai fenomena menakjubkan, di antaranya adalah badai matahari.

Bintik matahari (sunspot) yang berada di permukaan matahari merupakan bagian yang mempunyai suhu lebih rendah dari sekelilingnya yaitu 1.843°C


(sumber: sains.sindonews.c0m, 2022)

Melalui teleskop, bintik matahari akan terlihat berwarna hitam, sedangkan ukurannya berkisar antara 300 – 100.000 km. ketika bintik matahari terbentuk maka pancaran energi matahari di daerah tersebut akan terganggu, sehingga energi dari dalam matahari yang tertahan oleh sunspot akan terhambat dan terkumpul dalam jumlah yang banyak –lebih banyak dari pancaran energi normal. Hingga pada saatnya, energi matahari yang terkumpul akan muntah keluar sebagai banjiran proton dan electron, pergerakannya akan menyusuri garis-garis gaya magnet matahari, peristiwa ini juga dikenal dengan ledakan magnetik (flare). ledakan matahari juga akan memberi dampak kepada pelepasan massa korona sebagai lapisan atmosfer teratas matahari. Serangkaian kejadian inilah yang kemudian disebut sebagai badai matahari (sunstorm).

Badai mahatahri diketahui memiliki energi yang sangat besar, seperti badai matahari yang terjadi pada 7 Maret 2011 memiliki energi setara dengan 29 miliar bom nuklir Hiroshima. Energi yang dihasilkan dari badai matahari ini juga akan sampai ke bumi dengan intensitas yang sudah agak berkurang. Namun, karena kecepatan laju elektron dan proton jauh lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya, maka proton dan elektron diperkirakan sampai ke bumi dalam waktu 1 hingga 2 hari setelah badai itu terjadi, sedangkan cahaya ultraungu yang dihasilkan oleh badai matahari hanya membutuhkan waktu tempuh 8,33 menit untuk sampai ke lapisan magnetosfer bumi setelah badai berlangsung.

Fenomena badai matahari ternyata juga memberi dampak terhadap bumi, walau tidak begitu signifikan. Badai matahari berpotensi menyebabkan beberapa gangguan kecil terhadap teknologi, namun hal ini tidak terlalu dirasakan, demikian dikutip dari Science Alert, Jumat (19/8/2022)

Cahaya ultraungu yang dihasilkan oleh badai matahari tidaklah sampai ke bumi, karena dihadang oleh lapisan magnetosfer sebagai “selimut” pelindung bumi yang berbentuk tetesan air dengan ujung tumpul menghadap ke matahari. 

(sumber: wikipedia, 2011)

Magnetosfer inilah yang melindungi bumi dari segala arus ion-ion berbahaya dari mana pun di luar angkasa dengan membelokkannya. Adapun interaksi magnetosfer ini dengan proton dan elektron yang dihasilkan badai matahari akan menghasilkan fenomena yang begitu memukau indahnya yang dikenal dengan istilah aurora di daerah yang berdekatan dengan lingkar kutub bumi. Aurora tampak seperti gelombang di langit yang perlahan menghilang karena di belokkan olah lapisan magnetosfer bumi.


()sumber: tempo.co, 2020[

Maha Suci Allah. Dari fenomena ini patutlah menjadi renungan tafakur yang mendalam, bagaimana Allah sangat berkuasa mengurus semesta alam dan mengaturnya sedemikian rupa, lapisan magnetosfer yang Allah ciptakan sedemikian rupa sebagai pelindung bumi dari kejamnya luar angkasa, dan badai yang menakutkan pun berubah menjadi aurora yang sangat indah di malam dingin nan gelap.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pagiku Cerahku OTW Kampus - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Pagiku Cerahku Otw Ngampus – Institut Agama Islam Al-Aziziyah Hallo hai, I come back after long time get out of writing. Rindu dengan kalian, komentar, kritik, that’s really help me to find even to grow and glow my self. Thank you untuk kunjungan blog kali ini, berarti banget, serius. Adanya tulisan ini pastinya adalah untuk bercerita tentang sederet pengalaman 4 tahun silam, dari cerita ini nantinya akan lahir bermacam ragam perspektif, pesan, kesan dan juga nilai. Ya semoga ada yang termotivasi, ada yang terkritik, ada yang terbangun. Semoga. Itu harapan terserius yang pernah ada.   Let’s begin. Jujur, I really not expected akhirnya diumumkan lulus sebagai maba di kampus IAIA. Awalnya sempat ngerasa salah jurusan, karena menurutku ketertarikanku adalah di komunikasi, seharusnya aku kuliah di Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dan semua orang yang aku konsul juga bilang gitu. Dan nyatanya, aku di Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Sampe sekarang masih terpikir “Kok bisa y

Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! Oleh: Tuhfatul Athal Ketika tulisan ini ditulis, saya sedang menempatkan diri sebagai bagian kaum Neo-Luddite dalam memandang bagaimana teknologi bergerak menyelinap dengan lembut ke dalam sisi-sisi kehidupan kita dengan sangat intim. Neo­-Luddite adalah adalah sebutan untuk kelompok yang anti dengan teknologi, istilah ini diambil dari nama sang pelopor anti teknologi pada abad ke-19 yang bernama Ned Ludd. Yesaya Sandang (2013:76) menyebutkan bahwa awal aksi kebencian Ludd dan kelompoknya terhadap teknologi diekspresikannya dengan aksi menghancurkan mesin-mesin di pabrik sepanjang Yorkshire dan Nottinghamshire di Inggris. Namun, aksi Ludd dan kelompoknya ini   berakhir dengan hukuman gantung. Bukan tanpa alasan, Ludd mengawali tindakannya ini dengan pemikiran bahwa teknologi ini akan sangat berdampak buruk bagi dunia kedepannya dengan sangat radikal, teknologi mesin akan menghilangkan pekerjaan pegawai industri sekaligus merusak pola kehid