Langsung ke konten utama

Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

 


Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang!

Oleh: Tuhfatul Athal

Ketika tulisan ini ditulis, saya sedang menempatkan diri sebagai bagian kaum Neo-Luddite dalam memandang bagaimana teknologi bergerak menyelinap dengan lembut ke dalam sisi-sisi kehidupan kita dengan sangat intim.

Neo­-Luddite adalah adalah sebutan untuk kelompok yang anti dengan teknologi, istilah ini diambil dari nama sang pelopor anti teknologi pada abad ke-19 yang bernama Ned Ludd. Yesaya Sandang (2013:76) menyebutkan bahwa awal aksi kebencian Ludd dan kelompoknya terhadap teknologi diekspresikannya dengan aksi menghancurkan mesin-mesin di pabrik sepanjang Yorkshire dan Nottinghamshire di Inggris. Namun, aksi Ludd dan kelompoknya ini  berakhir dengan hukuman gantung. Bukan tanpa alasan, Ludd mengawali tindakannya ini dengan pemikiran bahwa teknologi ini akan sangat berdampak buruk bagi dunia kedepannya dengan sangat radikal, teknologi mesin akan menghilangkan pekerjaan pegawai industri sekaligus merusak pola kehidupan yang telah matang. Hingga akhirnya, kelompok yang sepemikiran dengan Ludd setelahnya diistilahkan dengan Neo-Luddite.

Dalam tulisan ini, saya hanya akan memunculkan pandangan-pandangan dan prediksi kaum Neo-Luddite, atas prediksi-prediksi, ini tentu akan banyak sekali bantahan dari kaum teknofilia yang memuja teknologi bagai pacar tanpa cela. Terlepas dari itu semua, saya ingin mengajak pembaca untuk terbiasa dengan hal pro dan kontra, agar bisa berpikir dua sisi yang nantinya akan melahirkan kebijaksanaan di dalam diri.

Dewasa ini, semenjak Artificial Intellegence (AI) lahir, banyak sekali teknologi diluar nalar bermunculan, seperti alat elektronik rumahan yang bisa di kontrol dengan gadget dari jarak jauh, lahirnya robot sophia, hingga algoritma. Robot sophia memang mencengangkan dunia bahkan sudah diklaim bisa memiliki perasaan hampir mirip manusia, namun bukan robot sophia yang mengancam dunia, tapi AI itu sendiri. Setiap saat AI terus dirancang sedemikian rupa hingga kemampuan AI mempelajari miliaran data-data semakin canggih, tepat dan akurat, dan inilah yang membuat cikal bakal lahirnya algoritma yang dipakai untuk semua media sosial sekarang ini.

Cara kerja algoritma media sosial sangat cerdas dan canggih, algoritma membaca setiap tindakan pengguna di media sosial, berupa like, comment, follow, visited accounts, algoritma mengubahnya menjadi data, lalu dipelajari untuk mengirim konten-konten serupa yang pernah diberi reaksi oleh pengguna yang bersangkutan. Namun, diantara semua algoritma yang dipakai media sosial, algoritma Tiktok adalah tercanggih, hal ini diakui oleh Dr. Indrawan Nugroho dalam kanal Youtube-nya, menurut beliau, algoritma Tiktok mempelajari penggunanya dengan sangat cepat, karena video yang ditawarkan Tiktok berdurasi pendek, beda dengan Youtube, algoritma Youtube membutuhkan waktu lebih lama dari Tiktok untuk mempelajari penggunanya, hal ini tentu saja dipengaruhi oleh durasi video Youtube yang relatif lama.

Kecerdasan algoritma yang lihai membaca data pengguna dianggap sebagai ancaman oleh kaum Neo-Luddite, pengguna bisa saja mengubah akunnya dari mode publik ke mode privasi supaya bisa terhindar dari kejahatan-kejahatan pengguna lainnya, tapi pengguna tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari algoritma, kemudian algoritma mempelajari data dari semua aktivitasnya di media sosial, dan menyimpannya dalam big data.

Lalu apa hasil dari algoritma yang membaca data pengguna? Hal ini pernah disinggung oleh Thiago, Carmen dan S.Pereira dalam jurnal mereka Artificial Intellegence and Human Psychology, bahwa algoritma lebih mengerti diri pengguna daripada mereka sendiri, hal ini disebabkan karena algoritma bisa dengan cepat mempelajari manusia dan menyimpan data tentangnya, data ini kemudian hari akan digunakan oleh pihak tertentu untuk mempelajari karakter dan mental manusia di seluruh dunia demi kepentingan tertentu, inilah yang menjadi kekhawatiran kaum Neo-Luddite, inilah awal dari kontrol sosial yang kendalinya dipegang oleh sebagian kecil orang yang mengontrol dunia,. Dr. Indrawan Nugroho dalam kanal Youtube-nya juga pernah menyinggung adanya dugaan bahwa data-data yang diperoleh oleh Tiktok akan diserahkan kepada pemerintah China, namun hal ini belum diketahui pasti, tapi kaum Neo-Luddite sangat mewanti-wanti soal ini. Mereka mengatakan bahwa ini adalah awal perang, buka  perang senjata, bukan perang kecerdasan, tapi mental kita yang diserang, hal ini juga kerap kali dikaitkan dengan pembalasan dendam dari China akibat dari kekalahannya dalam perang Opium melawan Inggris, namun sekarang sasarannya bukan hanya Inggris, tapi negara-negara di seluruh dunia, dan Tiktok-lah salah satu senjata terbaik China.

Menyerang mental bukanlah hal yang sulit, bahkan menyerang mental lebih mudah dari menyerang kecerdasan seseorang. Kenapa mental yang diserang? Karena mental adalah harta yang rawan, jika mental sudah acak-acakan, maka pengaruhnya bisa kemana-mana, moral, kecerdasan, sosial, ekomoni, hingga lebih jauh hal ini bisa berakibat kepada perkembangan sebuah negara. Hal inilah yang menjadi kontrol mereka.

            Dengan mengetahui pendapat-pendapat Neo-Luddite, ada baiknya untuk dipegang hitung-hitung sebagai wawasan, ada baiknya dijadikan pengingat untuk jangan menghabiskan 24 jam bermedia sosial, karena bagaimanapun juga media sosial terbukti menjadi salah satu sumber stres masa kini, sehingga banyak orang-orang diluar sana yang mengambil langkah untuk social media detox. Banyak artis papan atas dunia tidak aktif bermedia sosial. Bahkan kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa anggota kerajaan dilang menggunakan media sosial, mungkin inilah alasannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pagiku Cerahku OTW Kampus - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Pagiku Cerahku Otw Ngampus – Institut Agama Islam Al-Aziziyah Hallo hai, I come back after long time get out of writing. Rindu dengan kalian, komentar, kritik, that’s really help me to find even to grow and glow my self. Thank you untuk kunjungan blog kali ini, berarti banget, serius. Adanya tulisan ini pastinya adalah untuk bercerita tentang sederet pengalaman 4 tahun silam, dari cerita ini nantinya akan lahir bermacam ragam perspektif, pesan, kesan dan juga nilai. Ya semoga ada yang termotivasi, ada yang terkritik, ada yang terbangun. Semoga. Itu harapan terserius yang pernah ada.   Let’s begin. Jujur, I really not expected akhirnya diumumkan lulus sebagai maba di kampus IAIA. Awalnya sempat ngerasa salah jurusan, karena menurutku ketertarikanku adalah di komunikasi, seharusnya aku kuliah di Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dan semua orang yang aku konsul juga bilang gitu. Dan nyatanya, aku di Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Sampe sekarang masih terpikir “Kok bisa y

Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah   Sama halnya seperti bumi yang lengkap dengan berbagai fenomena dari produk alam yang saling berinteraksi. Seperti halnya angin badai yang disebabkan oleh suhu permukaan air laut yang terlalu tinggi. Demikian pula dengan matahari, sumber utama penghasil cahaya di sistem tata surya ini juga memiliki berbagai fenomena menakjubkan, di antaranya adalah badai matahari. Bintik matahari (sunspot) yang berada di permukaan matahari merupakan bagian yang mempunyai suhu lebih rendah dari sekelilingnya yaitu 1.843 °C .  (sumber: sains.sindonews.c0m, 2022) Melalui teleskop, bintik matahari akan terlihat berwarna hitam, sedangkan ukurannya berkisar antara 300 – 100.000 km. ketika bintik matahari terbentuk maka pancaran energi matahari di daerah tersebut akan terganggu, sehingga energi dari dalam matahari yang tertahan oleh sunspot akan terhambat dan terkumpul dalam jumlah yang banyak –lebih banyak dari pancaran energi normal. Hingga pada saatnya