-- Raib --
Tentang dewasa, dekapan duka
Rupiah bukanlah selimut penghangat jiwa
Ia hanya dicintai raga
Berjalan melesit angkuh melawan angin
Ku setir mobil untuk segala tujuan
Namun tak pernah sampai untuk masa-masa silam
Ruang dan waktu kejam menjerat kenangan
Akulah tawanannya
Haus akan darah bahagia
Aduhai liarnya
Tentang rasa, colekan rindu
Laut Tawar bercerita manja mengajak menonton masa lalu
Tikar tak lagi menggoda, walau ufuk masih menyembunyikan fajar
Ikan patin menari bermanja air
Akulah pemecah lapisan danau, sebelum mentari pagi menjadi raja “Brruuuummmmm” ragaku terhanyut bersama mereka
Ah patin kalian sahabat setia
Garakan lincah mengubah murung jadi tawa
Menerjang bagai panah menuju palung penuh warna
Nyanyian merdu bunga
Riuh burung mengepakkan sayapnya
Ada gesit gembira menggerakkan raga
Berseragam bendera Indonesia
Membangunkan lelap tidurnya bunga-bunga desa
Aku menari sepanjang tapak mendekati jarak
Gerai rambut pirang dibakar cahaya
Selamat pagi gerbang sekolah bambu tua
Tentang rasa
Sinar rindu menyeruak belantara hati, membelah jiwa sepi
Adakah ruang dan waktu yang sudi kembali?
Tentang rindu, aku kembali
Di gersang tebing, tempatku duduk merangkai narasi
Panah api menusuk mata, berbangga dengan debu dan hampa
Meraung, menjerit, memaki panas mentari
Ahh simpan saja, jangan berdiang di abu dingin
Gunung Burni Telong pun membisu
Siapa yang menghasut? Seolah-olah sudah najis memeluk ragaku
Kemana angin yang menerbangkan rasa biru saat Abah menepuk dada?
Hei kincir! Apakah engkau yang menangkapnya?
Kupu-kupu telah liar
Warna-warni kini raib menjadi kelabu
Aku kembali, lelah menjawat rindu
Walau ruang terkunci, waktu berlari
Mengharu biru, sempurna untuk merindu
Semesta! aku kembali, untuk jiwa yang mati
Semesta! ku tanam rindu, agar hijau seperti dulu
Ahh Sudahlah, simfoni sudah tak bernada
Hal kejam yang melanda
Kemana perginya tanah yang menawan mata?
Tangan durjana mengaisnya
Sukses menerbangkan rindu dan masa lalu berkelana
Hei lihat! Itu senyumku
Menoleh riang, bermesraan dengan hawa
Tak lapuk oleh hujan
Tak pudar direnggut petang
Andai cakrawala terkunci, kupastikan senyumku mampu terangi dunia sedari pagi
Usia tua tentang merindu
Si kecil ceria telah pergi berlalu
Takengon, 3 Juni 2019
Komentar
Posting Komentar