Langsung ke konten utama

Puisi Tentang Rindu

                            -- Raib --

Tentang dewasa, dekapan duka
Rupiah bukanlah selimut penghangat jiwa
Ia hanya dicintai raga
Berjalan melesit angkuh melawan angin
Ku setir mobil untuk segala tujuan
Namun tak pernah sampai untuk masa-masa silam
Ruang dan waktu kejam menjerat kenangan
Akulah tawanannya
Haus akan darah bahagia
Aduhai liarnya

Tentang rasa, colekan rindu
Laut Tawar bercerita manja mengajak menonton masa lalu
Tikar  tak lagi menggoda, walau ufuk masih menyembunyikan fajar
Ikan patin menari bermanja air
Akulah pemecah lapisan danau, sebelum mentari pagi menjadi raja “Brruuuummmmm” ragaku terhanyut bersama mereka
Ah patin kalian sahabat setia
Garakan lincah mengubah murung jadi tawa
Menerjang bagai panah menuju palung penuh warna
Nyanyian merdu bunga
Riuh burung mengepakkan sayapnya
Ada gesit gembira menggerakkan raga
Berseragam bendera Indonesia
Membangunkan lelap tidurnya bunga-bunga desa
Aku menari sepanjang tapak mendekati jarak
Gerai rambut pirang dibakar cahaya
Selamat pagi gerbang sekolah bambu tua

Tentang rasa
Sinar rindu menyeruak belantara hati, membelah jiwa sepi
Adakah ruang dan waktu yang sudi kembali?

Tentang rindu, aku kembali
Di gersang tebing, tempatku duduk merangkai narasi
Panah api menusuk mata, berbangga dengan debu dan hampa
Meraung, menjerit, memaki panas mentari
Ahh simpan saja, jangan berdiang di abu dingin
Gunung Burni Telong pun membisu
Siapa yang menghasut? Seolah-olah sudah najis memeluk ragaku
Kemana angin yang menerbangkan rasa biru saat Abah menepuk dada?
Hei kincir! Apakah engkau yang menangkapnya?
Kupu-kupu telah liar
Warna-warni kini raib menjadi kelabu

Aku kembali, lelah menjawat rindu
Walau ruang terkunci, waktu berlari
Mengharu biru, sempurna untuk merindu
Semesta! aku kembali, untuk jiwa yang mati
Semesta! ku tanam rindu, agar hijau seperti dulu
Ahh Sudahlah, simfoni sudah tak bernada
Hal kejam yang melanda
Kemana perginya tanah yang menawan mata?
Tangan durjana mengaisnya
Sukses menerbangkan rindu dan masa lalu berkelana
Hei lihat! Itu senyumku
Menoleh riang, bermesraan dengan hawa
Tak lapuk oleh hujan
Tak pudar direnggut petang
Andai cakrawala terkunci, kupastikan senyumku mampu terangi dunia sedari pagi
Usia tua tentang merindu
Si kecil ceria telah pergi berlalu

Takengon, 3 Juni 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pagiku Cerahku OTW Kampus - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Pagiku Cerahku Otw Ngampus – Institut Agama Islam Al-Aziziyah Hallo hai, I come back after long time get out of writing. Rindu dengan kalian, komentar, kritik, that’s really help me to find even to grow and glow my self. Thank you untuk kunjungan blog kali ini, berarti banget, serius. Adanya tulisan ini pastinya adalah untuk bercerita tentang sederet pengalaman 4 tahun silam, dari cerita ini nantinya akan lahir bermacam ragam perspektif, pesan, kesan dan juga nilai. Ya semoga ada yang termotivasi, ada yang terkritik, ada yang terbangun. Semoga. Itu harapan terserius yang pernah ada.   Let’s begin. Jujur, I really not expected akhirnya diumumkan lulus sebagai maba di kampus IAIA. Awalnya sempat ngerasa salah jurusan, karena menurutku ketertarikanku adalah di komunikasi, seharusnya aku kuliah di Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dan semua orang yang aku konsul juga bilang gitu. Dan nyatanya, aku di Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Sampe sekarang masih terpikir “Kok bisa y

Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! Oleh: Tuhfatul Athal Ketika tulisan ini ditulis, saya sedang menempatkan diri sebagai bagian kaum Neo-Luddite dalam memandang bagaimana teknologi bergerak menyelinap dengan lembut ke dalam sisi-sisi kehidupan kita dengan sangat intim. Neo­-Luddite adalah adalah sebutan untuk kelompok yang anti dengan teknologi, istilah ini diambil dari nama sang pelopor anti teknologi pada abad ke-19 yang bernama Ned Ludd. Yesaya Sandang (2013:76) menyebutkan bahwa awal aksi kebencian Ludd dan kelompoknya terhadap teknologi diekspresikannya dengan aksi menghancurkan mesin-mesin di pabrik sepanjang Yorkshire dan Nottinghamshire di Inggris. Namun, aksi Ludd dan kelompoknya ini   berakhir dengan hukuman gantung. Bukan tanpa alasan, Ludd mengawali tindakannya ini dengan pemikiran bahwa teknologi ini akan sangat berdampak buruk bagi dunia kedepannya dengan sangat radikal, teknologi mesin akan menghilangkan pekerjaan pegawai industri sekaligus merusak pola kehid

Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah   Sama halnya seperti bumi yang lengkap dengan berbagai fenomena dari produk alam yang saling berinteraksi. Seperti halnya angin badai yang disebabkan oleh suhu permukaan air laut yang terlalu tinggi. Demikian pula dengan matahari, sumber utama penghasil cahaya di sistem tata surya ini juga memiliki berbagai fenomena menakjubkan, di antaranya adalah badai matahari. Bintik matahari (sunspot) yang berada di permukaan matahari merupakan bagian yang mempunyai suhu lebih rendah dari sekelilingnya yaitu 1.843 °C .  (sumber: sains.sindonews.c0m, 2022) Melalui teleskop, bintik matahari akan terlihat berwarna hitam, sedangkan ukurannya berkisar antara 300 – 100.000 km. ketika bintik matahari terbentuk maka pancaran energi matahari di daerah tersebut akan terganggu, sehingga energi dari dalam matahari yang tertahan oleh sunspot akan terhambat dan terkumpul dalam jumlah yang banyak –lebih banyak dari pancaran energi normal. Hingga pada saatnya