~Baris-baris ini ku dedikasikan untuk Ayah sebagai surya penerang gelap semestaku, juga untuk putri-putri impian sejagad~
Hawa panas siang itu menyesakkan semua orang tak terkecuali di kelas ini, sehingga memicu keringat untuk bebas keluar mengalir di kulit-kulit dan wajah-wajah yang mulai penat dengan penjelasan Pak Guru Fisika. Namun apa daya, hanya bel yang mampu menjadi pahlawan di siang bolong begini.
Lihatlah anak laki-laki di barisan pertama itu, pancaran sinar mata jenius di balik kacamata tebalnya tak pernah terlihat jenuh untuk pelajaran yang satu ini. Namanya Salim, dan julukan "Bapak Fisika" yang disematkan oleh guru fisika kami untuknya terlihat benar-benar sesuai. Dialah Salim satu-satunya dari kami yang tidak pernah berkedip menelusuri baris-baris rumus fisika di papan putih itu, keren!
Siang itu tepat pukul 01:00 tiba-tiba saja seangin ilham menuruni cerahnya langit menerobos celah-celah jendela kelas dan berbaik hati mengetuk pintu ruang kepalaku dan membisikkan sesuatu. "Haloo! Hei sadaaarrr ini kan materi terakhir, jangan jangan petemuan selanjutnya ulangan!" ilham baik membisik. Lalu hatiku bergumam "Oh iyaaaa, bisa jadi tuh ulangan, aku harus belajar ni sama Salim, jangan sampe anjlok pokoknyaaa!". Tangan berkeringatku dengan cepat meraih buku tulis -catatan fisika- lalu merobek setengah halaman kosong bagian belakang dan memaksa pulpen untuk menulis sesuatu.
"Lim, nanti sore jelasin ya materi tadi, nggak masuk, sumpah!". Kulipat kertas dengan rapi ku oper kepada Indra di barisan samping tepat si belakang barisan meja Salim, lalu Indra menggoyang-goyangkan kursi Salim hingga ia menoleh ke barisan kedua tepat di deret Indra duduk dan mambil lipatan kertas dariku dari serahan Indra. Beberapa detik setelah membaca kertas itu, ia menoleh kepada Indra, ketika bertemu mata, Indra menunjuk ke arahku dengan ujung pulpennya, kami bertemu mata dan Salim mengacungkan jempol tangan kanannya tanda bersedia.
Bel si pahlawan di siang bolong berteriak membangunkan mata-mata sayu sehingga terbelalak penuh riang, dan di siang yang berbahagia ini teriakan bel disambung oleh bentakan Pak Guru Fisika "Pertemuan selanjutnya kita ulangan", bentaknya dengan lantang. "yaaaahhhh" "halaaahhhh" "ulangan lagi ulangan lagi" "uuuuuuuuu" "bacot", aku hanya menyungging senyum mendengar ragam ekspresi mereka karena aku sudah terlebih dahulu mengontrak Si Bapak Fisika yeeessss!
***
Riuh angin memukul dedaun pohon asan berusaha menciptakan suasana damai dengan ikhlas memayungi halte dari kejamnya sengatan panas mentari siang, iyaaaa dan aku disana, berseragam batik hijau dan rok panjang putih, aku tidak sendiri, juga ada anak-anak seumuranku dari SMP seberang yang kompak setia menunggu bus. Lalu Salim, dengan motor scoopy merahnya berhenti di samping halte untuk berlangganan jus apel favoritnya. Tanpa rencana aku berteriak "Lim! Jam berapa?", ia tak buka mulut, hanya mengisyaratkan dengan menunjukkan tangan kiri yang terbuka dan mengacungkan tiga jari di tangan kanannya, iyaa aku mengerti, maksudnya jam delapan malam. Aku segera berpaling darinya yang tenang menunggu jus apel menuju ke arah biasanya bus tiba.
***
Sore tadi setelah mengecek apakah ada notif di bar atas layar smartphone aku benar-benar lost dimana terakhir kali smartphone itu aku letakkan, sungguh. "Haalah biarin aja, smartphone pun tidak terlalu penting" gumam ku dalam hati "Nanti juga bunyi sendiri kalau ada notif baru" lanjutku.
***
Sepuluh menit sebelum jarum panjang tepat menyentuh angka 12 menuju jam 8 malam. Disini, aku sedang berusaha menyeret kursi dari dekapan meja makan, dengan gaya setengah hampir duduk sempurna aku tertegun oleh suara smartphone dari kejauhan, hingga membuatku sontak berdiri lalu berjalan cepat menelusuri lorong yang menghubungkan ruang makan dan ruang keluarga tepat dimana arah bunyi smartphone itu berasal.
Langkahku tiba-tiba sempurna terhenti seolah-olah ada sesuatu yang memegangnya, aliran darahku macet, pandanganku hampa menatap ayah di sana di samping meja hias coklat tepat di depan kamarku, Ayah meraih smartphone yang sedang berdering itu dan tiba-tiba saja nadanya mati, what happened?
Seketika ayah mengangkat wajah, sorot matanya tajam menembak pandangan ke dalam mataku, aku kaku, lalu ayah berjalan cepat ke arahku.
"Salim? Salim ini perempuan atau laki-laki?" lirihnya.
"Laki-laki, ayah" jawabku ringan bernada takut.
"Ada apa ini? Kenapa berani menelpon malam-malam? Siapa dia?" nada ayah meninggi.
"Ayah, sungguh, Salim itu ketua kelas dan salim menelpon karena kami ingin belajar mata pelajaran fisika yang materinya sangat sulit" aku jujur berterus terang.
"Iyaa, 20% belajar fisika, 80%nya lagi apa? Balas ayah, "Tidak ada alasan apapun untuk menyimpan nomor laki-laki, apapun statusnya, jika memang ada hal yang sangat penting teman perempuanmu banyakkan? Sekarang! ini hpnya dan hapus semua nomor laki-laki sekarang juga di depan ayah" tegas ayah sambil menyodorkan smartphoneku
Sebagai remaja yang baru saja memikul umur berangka 14, ya seperti normalnya, logikaku memberontak, bagaimana caranya untuk tidak berkomunikasi dengan mereka sedangkan mereka teman sekelas? Lagian salahnya dimana? Kan tidak pacaran? Lagian salahnya dimana? Kan cuma belajar? Suka pun tidak.
Betapa cemerlang ide nistaku saat itu aku tidak segera menghapus nomor ponsel mereka, melainkan ku ubah saja namanya sesuai huruf abjad nama asli mereka. Seperti Deni menjadi Diana, Yusril menjadi Yusra, Tegar menjadi Ega Silvia, Agus menjadi Ani, Firdaus menjadi Fira, dan Furqan menjadi Futri. Ide nista ini berhasil tidak ada yang tau, berkali-kali smartphoneku di sensor ayah namun lagi lagi amaaannn.
***
Semenjak menginjak sekolah SMA swasta di sebuah pondok pesantren, aku lebih sedikit kredibel di mata ayah, pengawasan ayah sudah sedikit tidak terlalu ketat seperti kala dulu, hal ini terus berlanjut hingga sebuah Institut Islam menerima diriku sebagai salah satu mahasiswi barunya. Dan ada satu hal yang ingin ku ceritakan kepada kalian bahwa sering kali aku mendapatkan efek dari ide nistaku yang ku pikir ide yang dapat membantu. Ternyata seringkali mengundang hadiah rasa kecewa dari nama-nama yang sengaja kupaksa balut dengan aura lembut, namun ternyata kasar dan kejam, ternyata menusuk, ternyata merenggut, ternyata menggores. Bersama mendaki tapi sesampai di puncak sana, ia yang abadi dan jurang tempat ku kembali menemui mati. Ada yang bercover teman diskusi namun tanpa cela memaksa dirinya sendiri, tidak banyak, hanya itu. Lalu fenomena kecewa menjadikanku kejam, menjebur kedalam danau anti uap sinar matahari hingga aku basah kuyup selama-lamanya. Mungkin tak hanya aku tapi juga putri-putri impian sejagad lainnya. Tak apa, tenanglah sayang. Lalu apa kabar dengan ilham? Ilham masih selalu turun dan berbaik hati membisik, masih ramah mengetuk pikiran atas amanah Sang Maha Pemurah yang selalu menjaga mengarahkan ke jalan lurus yang abadi akhirnya. Allah tak pernah membenci tapi selalu mencintai, walau membenci tapi itulah bukti manivestasi cintaNya, MasyaAllah indah sekali.
Setelah rasa kecewa menampar dari kiri dan kanan lalu akal pun terbangun dan sadar bahwa inilah pendidikan berharga yang ayah ajarkan 6 tahun silam tentang bagaimana kuatnya sinyal komunikasi tak baik yang merugikan dari laki-laki bukan muhrim tentang apapun alasannya, hal ini yang sengaja diabaikan oleh logika remajaku kala itu, lihatlah bukti cinta yang ayah hadirkan ini yang akarnya bersumber dari Maha Cinta. eksplisitnya, inilah rasa bernama cemburu yang Allah taburkan bersemai dengan kasih putih di dalam hati sang ayah muslim sejagad, rasa ini yang melandasi cara ayah bertindak memberi pendidikan untuk putri kerajaan hatinya. Ayah ingin mengatakan bahwa ayah cemburu. Cemburu ketika gadis remajanya lebih nyaman dengan ajnabi lain daripada dirinya, ayah cemburu gadis remajanya berusaha tampil cantik merona di depan para ajnabi di luar sana namun apa adanya didepan dirinya, cemburu jika ia tak lagi bisa menjadi raja di hati anak-anaknya, dan aturannya tak lagi menjadi sebuah loyalitas mereka, ada apa sebenarnya? Dengarkan aku bahwa ada satu hal yang menakjubkan disana.
***
Sebagai dua malaikat penjaga tanpa sepasang sayap Allah berikan kepada mereka tugas mulia tersebut, sebuah tugas yaitu anak, yang mereka didik akal dan pikirannya hingga mengenal siapa Tuhannya. Dididiknya hati agar Allah menjadi raja abadi disana, dijaganya jasad agar senantiasa didedikasikan hanya untuk Allah semata, sungguh tugas yang mulia. Begitu halnya juga dengan rasa cemburu yang Allah titipkan untuk bersemai di hati ayah muslim seluruh dunia. Rasa cemburu yang bersumber dari Allah ini gamblangnya adalah pernyataan dari rasa cemburu Allah kepada segenap hamba ketika ada hal lain yang berhasil merasuki kerajaan hati hingga menggantikan posisi Allah sebagai raja penguasa satu satunya. Dan ayah dengan rasa cemburunya merupakan sinyal rasa cemburu Allah yang sebenarnya. Inilah rasa andai sudi dicicipi rasanya sangat manis bak dewa madu, inilah rasa andai diteguk akan menggugah jiwa setiap individu. Maka dikau wahai putri impian sejagad semoga selalu kuat menjaga rasa cemburu ayahmu, semoga tak pernah meraja kepada selain Rabbmu, semoga dua malaikatmu benar benar menjadi pintu segala berkah, semoga kau dan ayah tetap hangat dalam rasa hingga seluruh isi langit dan seluruh isi dunia merasakannya.
* Kenapa di atas saya menyebutkan bahwa rasa cemburu yang mulia itu hanya dimiliki oleh para ayah muslim? Lalu apakah ayah non-muslim tidak memiliki akan rasa tersebut? Hal ini berkaitan dengan QS Al-Baqarah ayat 173 "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) binatang yang ( ketika di sembelih) disebut (nama) selain Allah".
Maha Suci Allah, Apapun yang telah Allah garis-merahkan ternyata memang benar benar mengandung hikmah yang luarbiasa besar, dibalik larangan inipun ternyata mengandung unsur uji keimanan yang imbalannya sangatlah berefek kepada kehidupan pribadi hamba. Namun, kadang dengan kecerdasan terbatas manusia, ada saja ide gila untuk mencari celah dari hukum yang telah Allah permanenkan. Daging babi contohnya, ketika Allah melarang tentu ada hal mudharat yang akan di rasakan hamba apabila melanggarnya. Penelitian mengatakan bahwa daging babi mengandung cacing pita yang akan membahayakan tubuh orang yang mengkonsumsinya. karena hal ini, timbullah ide manusia dengan segala upayanya mencari cara disertai harapan agar bisa mengubah status daging babi yang haram menjadi halal.
Konon ada cara memasak daging babi yang bisa membunuh segala penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya, yaitu dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi dalam waktu yang relatif lama. Tapi ketahuilah bahwa pemanasan dengan suhu tinggi justru akan merusak kualitas protein yang terkandung di dalam daging. Dan daging tanpa protein apalah gunanya bagi tubuh?
Ida Nurul Maghfirah dalam bukunya yang berjudul 99 Fenomena Menakjubkan Dalam Al-Quran menyebutkan bahwa ia mengutip dari sumber lain bahwa. "Pada suatu waktu, Imam Muhammad Abduh mengunjungi Prancis, orang Prancis bertanya kepadanya mengenai rahasia diharamkannya daging babi di dalam Islam. Mereka berkata "Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram. Itu disebabkan antara lain ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba, dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sudah tidak ada sekarang. Babi diternak dalam peternakan modern dengan kebersihan terjamin dan proses sterilisasi yang cukup. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangking cacing pita, bakteri, atau mikroba lainnya?
Imam Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Beliau meminta mereka untuk menghadirkan 2 ekor ayam jantan beserta 1 ekor ayam betina dan 2 ekor babi jantan beserta 1 ekor babi betina. Orang Prancis bertanya "Untuk apa semua itu?" Beliau menjawab, "penuhi apa yang saya pinta, maka akan saya perlihatkan suatu rahasia".
Mereka memenuhi apa yang di minta Sang Imam. Lalu, beliau memerintahkan agar melepaskan 2 ekor ayam jantan bersama 1 ekor ayam betina dalam satu kandang, kedua ayam jantan itu berkelahi untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satunya hampir tewas. Beliau lalu memerintahkan agar memisahkan kedua ayam tersebut.
Setelah itu, beliau memerintahkan mereka untuk melepaskan 2 ekor babi jantan bersama 1 ekor babi betina dalam satu kandang. Kali ini mereka menyaksikan sesuatu yang menjijikkan dan aneh. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama babi jantan untuk melaksanakan hajat seksualnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan menjaga babi betina dari temannya.
Selanjutnya Sang Imam berkata "Saudara-saudara, daging babi membunuh gairah (kecemburuan dalam hal baik) orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada pengonsumsi daging babi. Seorang suami pengonsumsi daging babi, ketika melihat anak perempuannya juga istrinya bersama lelaki lain, ia akan membiarkannya tanpa rasa cemburu dan was-was karena daging babi menularkan sifat-sifatnya kepada pemakannya"
Maka lihatlah betapa para ayah muslim mendapat pertolongan dari Allah dalam hal rasa. Maka lihatlah betapa dahsyat peran Allah dalam hal menjaga. Maka pastikanlah siapa yang sebenarnya berhak mendapat puja puji cinta? Merasa beruntunglah duhai putri-putri impian sejagad, yang diikat, dibalut rapi dalam syari'at cinta Islam namanya. Maka jagalah rasa. Sebuah rasa yang teduh jika kita berpayung dengannya, pasti arahnya, jannah tujuannya.
Komentar
Posting Komentar