Langsung ke konten utama

Kartini's Day and Equality Gender - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

Oleh: Tuhfatul Athal

Selamat malam semua, selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia. Kartini merupakan sosok pahlawan perempuan yang telah membuka mata seluruh masyarakat Indonesia bahwa perempuan bisa andil dalam merajut sejarah negerinya dengan berbagai cara. Hal ini tertuang dalam perkataan Ibu Kartini “Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan.” Kartini telah mendeklarasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan dunia seperti apa jati diri perempuan hebat yang sebenarnya. Terimakasih Ibu Kartini. 
Ketika perempuan mulai menentukan masa depan, hal itu tidak melulu soal dirinya sendiri, dalam menentukan masa depan, jika perempuan itu sebagai kakak ia bisa menentukan arah perkembangan adiknya, jika seorang ibu ia bisa menentukan arah perkembangan putra-putrinya, karena masa depan orang-orang yang berhubungan dengan dirinya juga merupakan masa depannya. Dalam memperjuangkan, perempuan tidak harus menjadi pemimpin, karena sejatinya bukanlah kedudukannya sebagai pemimpin yang akan merubah dunia, tapi karakter, dan ilmu pengetahuannya yang akan sungguh berjasa. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Kak Priscilla Chrisanita lulusan Magister Australia di Zoom Meeting dalam webinar guna Peringatan Hari Kartini dengan tema “Dapur sumur kasur” pukul 15:00 sore tadi, bahwa yang menentukan seseorang itu sukses atau tidak adalah karakter, karena semuanya berangkat dari karakter bukan pintar semata. Ya, karakter dan ilmu.

Perempuan sangat berhak mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, perempuan juga berhak mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya, karena perempuan kelak akan mendidik generasi agama, generasi bangsa, dan generasi yang harus bermoral dan berbudaya. Untuk mendidik anak TK saja harus punya gelar sarjana apalagi untuk mendidik anaknya hingga dewasa. Pastinya membutuhkan lebih dari sekedar ilmu untuk mendidik anak TK. Namun, dalam berkarya, perempuan juga harus beretika, harus mengerti barrier yang telah ada. Misalnya menjadi pemimpin seperti yang telah saya singgung di atas. Untuk merubah dunia perempuan tidak harus menjadi pemimpin, hal ini jelas peraturannya di dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 34 yang menyatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.
Berbicara soal gender, saya pernah ditanyakan orang, apakah gender dan jenis kelamin itu sama? Dulu saya masih bengong aja karena belum punya jawaban. Dari webinar tadi saya dapat jawaban dari Kak Wahyu yang merupakan Tim konsultan di NIEC Indonesia bahwa gender dan jenis kelamin secara ilmiah keduanya berbeda, yang namanya jenis kelamin adalah organ biologis bawaan dan tidak dapat dipertukarkan. Sedangkan gender dapat dipertukarkan dan merupakan sebuah konstruksi masyarakat. Contohnya di Indonesia, putri keraton jika melewati laki-laki harus menunduk, itu di Indonesia sedangkan di negara lain kan tidak ada. Itu tergolong gender. Gender perempuan dan laki-laki bisa dipertukarkan. Seperti menyusui, apakah menyusui termasuk ke dalam gender? Jelas, perempuan bisa menyusui dengan asi, laki-laki juga bisa menyusui dengan susu formula. Di Indonesia gender dan jenis kelamin dicampur dan disamakan. Contohnya menyetir, paradigma kita yang menyetir hanya laki-laki, jika ada perempuan yang menyetir maka akan dinilai tidak wajar dan sok gaya, di Aceh sendiri seperti itu. Padahal menyetir itu boleh siapa aja. Contohnya lagi, iklan sabun cuci piring, kenapa harus perempuan?  Apa laki-laki tidak boleh mencuci piring? Apa mencuci piring merupakan pekerjaan hina bagi laki-laki. Hal ini kan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. 

Soal gender, memang butuh keadilan. Saya sangat terkesan dengan cerita guru Bahasa Indonesia saat di bangku MTsn dulu. Beliau bercerita bahwa anaknya tidak pernah dibeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, semuanya harus adil. Jika hari ini kakak perempuan yang mencuci piring, maka adik laki-laki menyapu, keeseokan harinya jadwal dibalik. Hal ini untuk keadilan, karena bukan hal yang hina seorang laki-laki menyapu atau mencuci piring bahkan memasak, lihat sendirikan  banyak chef-chef zaman sekarang dari kalangan laki-laki. Apa itu hina? Inilah gender, bukan hanya soal debat perempuan berhak jadi pemimpin atau tidak. 
Kelak, juga bukan hal yang hina jika seorang suami membantu istrinya potong sayur atau mengajak anak-anak main sebentar supaya istrinya di dapur tidak terganggu ketika memasak. Hal itu jelas lebih mulia daripada sekadar main handphone atau nonton berita. Kasus lain lagi, setelah menikah, laki-laki masih bisa engaged in hobby untuk sekedar improve skill mungkin, kenapa perempuan tidak bisa untuk sekedar meluangkan waktu untuk hobby? Ini dia keadilan. Sekali lagi, equality gender itu luas, tidak hanya soal karir atau kepemimpinan seperti yang kita pahami selama ini.

Komentar

  1. Sangat senang, saat wanita ikut Andil dalam kemajuan dan perbaikan galaksi bima sakit, tentunya dengan cara wanita tersendiri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pagiku Cerahku OTW Kampus - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Pagiku Cerahku Otw Ngampus – Institut Agama Islam Al-Aziziyah Hallo hai, I come back after long time get out of writing. Rindu dengan kalian, komentar, kritik, that’s really help me to find even to grow and glow my self. Thank you untuk kunjungan blog kali ini, berarti banget, serius. Adanya tulisan ini pastinya adalah untuk bercerita tentang sederet pengalaman 4 tahun silam, dari cerita ini nantinya akan lahir bermacam ragam perspektif, pesan, kesan dan juga nilai. Ya semoga ada yang termotivasi, ada yang terkritik, ada yang terbangun. Semoga. Itu harapan terserius yang pernah ada.   Let’s begin. Jujur, I really not expected akhirnya diumumkan lulus sebagai maba di kampus IAIA. Awalnya sempat ngerasa salah jurusan, karena menurutku ketertarikanku adalah di komunikasi, seharusnya aku kuliah di Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dan semua orang yang aku konsul juga bilang gitu. Dan nyatanya, aku di Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Sampe sekarang masih terpikir “Kok bisa y

Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Maju Tak Gentar, Mental Kita Diserang! Oleh: Tuhfatul Athal Ketika tulisan ini ditulis, saya sedang menempatkan diri sebagai bagian kaum Neo-Luddite dalam memandang bagaimana teknologi bergerak menyelinap dengan lembut ke dalam sisi-sisi kehidupan kita dengan sangat intim. Neo­-Luddite adalah adalah sebutan untuk kelompok yang anti dengan teknologi, istilah ini diambil dari nama sang pelopor anti teknologi pada abad ke-19 yang bernama Ned Ludd. Yesaya Sandang (2013:76) menyebutkan bahwa awal aksi kebencian Ludd dan kelompoknya terhadap teknologi diekspresikannya dengan aksi menghancurkan mesin-mesin di pabrik sepanjang Yorkshire dan Nottinghamshire di Inggris. Namun, aksi Ludd dan kelompoknya ini   berakhir dengan hukuman gantung. Bukan tanpa alasan, Ludd mengawali tindakannya ini dengan pemikiran bahwa teknologi ini akan sangat berdampak buruk bagi dunia kedepannya dengan sangat radikal, teknologi mesin akan menghilangkan pekerjaan pegawai industri sekaligus merusak pola kehid

Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah - Rumah Senja | Tuhfatul Athal

  Badai Matahari, Bencana yang Terlampau Indah   Sama halnya seperti bumi yang lengkap dengan berbagai fenomena dari produk alam yang saling berinteraksi. Seperti halnya angin badai yang disebabkan oleh suhu permukaan air laut yang terlalu tinggi. Demikian pula dengan matahari, sumber utama penghasil cahaya di sistem tata surya ini juga memiliki berbagai fenomena menakjubkan, di antaranya adalah badai matahari. Bintik matahari (sunspot) yang berada di permukaan matahari merupakan bagian yang mempunyai suhu lebih rendah dari sekelilingnya yaitu 1.843 °C .  (sumber: sains.sindonews.c0m, 2022) Melalui teleskop, bintik matahari akan terlihat berwarna hitam, sedangkan ukurannya berkisar antara 300 – 100.000 km. ketika bintik matahari terbentuk maka pancaran energi matahari di daerah tersebut akan terganggu, sehingga energi dari dalam matahari yang tertahan oleh sunspot akan terhambat dan terkumpul dalam jumlah yang banyak –lebih banyak dari pancaran energi normal. Hingga pada saatnya